Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku
daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lainnya dijelaskan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Umar
radhyiallahu ‘anhu bahwa tidak sempurna iman seseorang hingga mencintai
Rasulullah melebihi diri sendiri.
Ada sepenggal kisah Mukminah, shahabiyah, di zaman Rasulullah
yang menakjubkan.
Mereka menunjukkan betapa diri mereka lebih mencintai
Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi keluarga mereka
sendiri dan diri mereka sendiri.
Pada saat itu, seusai perang Uhud, setelah mengubur jenazah
para Syuhada’, Rasulullah bepapasan di tengah perjalanan dengan seorang wanita
Mukminah dari Bani Dinar, yang suami, saudaranya dan ayahnya terbunuh dalam
perang Uhud.
Saat orang-orang memberitahukan kematian mereka, ia justru
bertanya, “Lalu apa yang terjadi para diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam?”.
“Beliau baik-baik saja wahai Ummu Fulan. Beliau membawa puji
bagi Allah seperti yang engkau inginkan,” jawab mereka.
“Tunjukkan kepadaku agar aku bisa melihat beliau,” pintanya.
Ketika ia telah melihat beliau, maka ia berkata, ”Setiap musibah asal
tidak menimpa engkau adalah kecil.” (1)
Kemudian, datang Ummu Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu
‘anha sambil berlari-lari, sementara Sa’ad sedang memegang tali kekang
kuda beliau. Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah itu adalah ibuku.”
“Selamat atas kedatangannya,” sabda beliau. Lalu beliau
berdiri sendiri untuk menyongsongnya. Setelah ia dekat, Amr bin Mu’adz, anaknya
yang lain berusaha menghiburnya. Namun Ummu Sa’ad berkata kepada Rasulullah,
“Selagi kulihat engkau selamat, maka musibah yang menimpa kuangggap ringan.”
(2)
Subhanallah, itulah sepenggal kisah yang menunjukkan
kecintaan yang amat besar dan amat mendalam terhadap Nabi tercinta Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sehingga setiap musibah dianggap kecil asal tidak menimpa
Rasulullah.
Catatan: (1) Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 2/99,
(2)
As-Sirah Al-Halabiyah, 2/47.
(zafaran/muslimahzone.com)
0 komentar:
Posting Komentar