Betulkah maksiat dapat mengurangi
umur? Lalu apa hakikat kehidupan yang sebenarnya?
Betapa banyak orang yang bergelimang
dalam maksiat. Ingin dagangannya laris, dia rela mengadu pada dukun atau
melakukan pesugihan-pesugihan di tempat keramat. Atau ada juga yang menggantung
jimat-jimat tertentu yang tidak jelas maksudnya, kadang berupa huruf hijaiyah
yang tidak jelas apa maksud tulisan tersebut. Inilah manusia, hanya ingin
meraih keuntungan dunia dan rela mengorbankan agamanya dengan berbuat syirik
pada Allah. Ada pula yang ingin meraih keuntungan dalam usahanya dengan rela
makan dari hasil riba, atau undian berhadiah yang maksudnya adalah judi, atau
bentuk maksiat lainnya. Begitu pula tidak bosan-bosannya para pemuda berdua-duan
(alias kholwat) yang ingin memadu kasih tanpa ada status nikah sama sekali.
Itulah manusia tidak bosan-bosannya berbuat maksiat dan dosa. Padahal dosa dan
maksiat memiliki dampak yang sangat besar sekali, di antaranya adalah pada
umur. Berikut penjelasan dari Ibnul Qoyyim. Semoga bermanfaat.
Ketahuilah
bahwa maksiat dapat mengurangi umur dan pasti dapat pula mengurangi
keberkahannya, sebagaimana pula amalan kebaikan dapat menambah umur. Itulah
perbuatan dosa dapat mengurangi umur.
Perlu diketahui bahwa para ulama
sebenarnya berselisih pendapat dalam masalah ini. Ada yang berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan berkurangnya umur adalah hilangnya keberkahan umur. Ini
memang benar dan inilah di antara dampak berbuat maksiat.
Ulama lainnya mengatakan bahwa
berkurangnya umur adalah berkurangnya umur secara hakiki artinya umurnya
betul-betul berkurang, sebagaimana rizki juga bisa berkurang.
Allah Ta’ala telah menjadikan berkah pada rizki karena berbagai sebab yang bisa
menambah rizki tadi. Begitu pula keberkahan umur datang karena berbagai sebab
yang bisa menambah keberkahan umur.
Para ulama mengatakan bahwa
bertambah umur itu pasti terjadi karena sebab, begitu pula berkurangnya umur.
Begitu pula rizki, ajal, kebahagiaan, kesengsaraan, sehat, sakit, kaya, miskin,
walaupun itu semua terjadi dengan ketetapan Allah, tetapi pasti ketetapan Allah
ini juga terjadi dengan adanya sebab.
Hakekat
Kehidupan adalah Hidupnya Hati
Para ulama lain mengatakan bahwa
dampak maksiat dapat menghilangkan keberkahan umur karena hakekat kehidupan
adalah hidupnya hati. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyebut orang kafir dengan
sebutan mayit karena memang mereka adalah orang yang mati hatinya. Sebagaimana
hal ini terdapat pada firman Allah (yang artinya), “Mereka (orang kafir)
bukanlah orang yang hidup.” (QS. An Nahl: 21)
Jadi ingatlah bahwa kehidupan yang
hakiki adalah kehidupan hati. Dan ingatlah bahwa umur manusia adalah lama
hidupnya. Namun, umur yang hakiki adalah waktu yang dia digunakan dalam
ketaatan kepada Allah.
Waktu yang digunakan dalam ketaatan
inilah umur sebenarnya. Oleh karena itu, kebaikan dan ketaatan akan menambah
umurnya yang sebenarnya dan selain itu tidaklah menambah umurnya.
Oleh karena itu, jika seorang hamba
berpaling dari Allah dan gemar melakukan maksiat, maka dia berarti telah
menyia-nyiakan hakikat umur yang sebenarnya.
Jadi inti permasalahan ini semua:
umur seseorang adalah lama kehidupannya. Dan tidak ada kehidupan yang hakiki
kecuali dengan mentaati Allah, nikmat dalam mencintai dan berdzikir pada-Nya, dan
selalu mengutamakan untuk mencari ridho-Nya.
Inilah
faedah dari Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ad Daa’ wad Dawa’ (Al Jawabul Kafi
liman Sa’ala ‘aniddawa’i Asy Syafiy), hal. 65-66, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
Semoga Allah memberikan kehidupan
yang hakiki bagi kita semua dengan selalu mentaati-Nya.
***
Disusun di Panggang, Gunung Kidul,
di pagi hari yang penuh berkah, 3 Muharram 1430 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikla
Artikel http://rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar