Searching...
Kamis, 13 September 2012

Setelah membaca Al-Qur’an, lantas …

23.25

Syababul Muslim | Kebanyakan orang bila selesai membaca Al-Qur’an lalu mengucapkan kalimat “Shadaqallahul ‘Adhiim”. Kebiasaan ini tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena itulah Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu (ulama kontemporer salah satu Universitas di Saudi) dalam buku beliau “Beberapa Pengarahan Islami” menganjurkan Umat Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, dan menggantinya dengan membaca doa-doa untuk memohon apa yang dibutuhkan, sebab Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bila kalian telah selesai membaca Al-Qur’an, maka memohonlah kepada Allah, sebab nanti akan ada suatu kaum yang membaca Al-Qur’an lalu meminta upahnya dari manusia.” Hadits shahih.

Memang pengucapan itu dari segi makna sudah benar, namun dari segi tuntunan itu yang jadi permasalahan. Apakah Rasulullah atau para sahabat pernah melakukannya, jika perbuatan itu baik justru mereka akan lebih dahulu melakukannya, karena mereka sebaik-baik generasi umat ini, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Memang, jika sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas setiap selesai membaca al-Qur`an ngucapin "shadaqallahul 'adhim" maka kalo gak ngucapin shadaqallahul ‘adhim rasanya ada yang kurang. Sekarang tinggal kitanya, mau ngikutin petunjuknya siapa..?? 
Ada ayat yang menyebutkan,
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ
Ucapkanlah: shodaqallahu” [QS. Ali Imran: 95] bukanlah perintah untuk mengucapkan shadaqallah setiap selesai baca Al Quran. Ayat tersebut adalah perintah Allah untuk menjelaskan mengenai kebenaran kitab Allah yaitu taurat dan lainnya. Allah pun membenarkan isi Al Qur’anul Azhim kepada hamba-Nya. Namun sekali lagi, ayat tersebut bukan dalil untuk menyatakan disunnahkannya mengucapkan bacaan tadi setelah membaca Al Qur’an atau setelah membaca beberapa ayat atau membaca surat. Karena tidak pendukung pula maksud tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dari para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Satu hal lagi yang menguatkan, tatkala Ibnu Mas’ud membacakan awal-awal surat An Nisa’ di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai pada firman Allah,
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”  [QS. An Nisa’: 41] Ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “Cukup, cukup.” Ibnu Mas’ud ketika itu menoleh dan melihat nabi sedang menangis karena beliau mengingat kedudukan mulia untuknya di hari kiamat yang disebutkan dalam ayat ini, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (wahai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”  Dan tidak ada satu nukilan dari para ulama -sejauh yang kami ketahui- yang menyebutkan bahwa Ibnu Mas’ud selesai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan ‘cukup’, lalu beliau mengucapkan ‘shodaqollahul ‘adhim.
Padahal yang ada tuntunan setelah selesai membaca Al Qur’an adalah mengucapkan, “Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik” (Maha suci Engkau, ya Allah sambil memuji-Mu. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu)
Dari ‘Aisyah, beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di suatu tempat atau membaca Al Qur’an ataupun melaksanakan shalat kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat”. Aku pun bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah, tidaklah Anda duduk di suatu tempat, membaca Al Qur’an ataupun mengerjakan shalat melainkan Anda akhiri dengan beberapa kalimat?” Jawaban beliau,
نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ [اللَّهُمَّ] وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik. ” (HR. An Nasai dalam Al Kubro. Syaikh Muqbil Al Wadi’i dalam Al Jami’ Ash Shahih mimma Laisa fii Ash Shahihain 2: 12 mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang shahih”)
wallahu a’lam wa ‘ilmuhu atamm walhamdulillah

Sebagian dikutip dari http://rumaysho.com

0 komentar:

Posting Komentar